History

Misteri Benteng Portugis di Jepara, Jateng MUNGKIN nama ini masih cukup asing di telinga pembaca luar Jepara. Untuk melengkapi informasi budaya dan wisata kota ukir Jepara, pembaca perlu mampir di Benteng Portugis Jepara. Benteng Portugis terletak cukup jauh dari pusat kota Jepara. Terletak di perbatasan Desa Banyumanis dan Desa Unjungwatu, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara atau sekitar 45 km arah timur laut. Karena tempat ini sekaligus juga berbatasan dengan Kabupaten Pati sebelah utara, tempat ini juga bisa ditempuh dari arah Pati, Puncel hingga sampai desa Banyumanis. Setelah melewati jalanan berkelok-kelok, pengunjung bisa menyaksikan pemandangan alam yang mempesona dari Benteng Portugis yang dibangun di atas bukit kecil pinggir pantai itu. Di sebelah utara pengunjung disuguhi Pulau Mondoliko, sebuah pulau kecil yang tidak jauh dari Benteng Portugis. Di situ terdapat mercusuar dan beberapa perumahan karyawan. Terdapat pula tanaman yang khas di Mondoliko yang bernama Nongko Celeng. Pohon ini mengeluarkan buahnya dari dalam tanah, arah pada akarnya. Terdapat pula makam seorang nayaka dari Ratu Kalinyamat yang bernama Sayid Ustman. Untuk mencapai pulau itu, pengunjung bisa saja berperahu sembari menikmati laut biru Ke sebelah selatan pengunjung akan melihat hijaunya Bukit Genuk, dengan hamparan sawah menghijau di lembahnya. Kalau menengok ke timur, pengunjung akan melihat peraya nelayan menghiasi pantai dengan beragam aktivitas dan para nelayannya. Di kaki bukit itu pengunjung bisa memancing dengan bertumpu pada bebatuan yang terdampar di situ. Di sebelah barat ada sawah menghampar. Ada pula Rumah Sakit Kusta Donorojo dengan gereja tuanya yang antik bergaya arsitektur Belanda. Rumah sakit beserta gereja ini dibangun pada masa pemerintahan Ratu Wilhemina, Ratu Belanda untuk tempat perawatan serta peribadatan penderita kusta seluruh Hindia Belanda. Kata donorojo sendiri bermakna dono (pemberian), rojo (raja atau ratu). Untuk membangun gereja dengan ciri arstitektur Belanda, kaca warna-warni yang menghiasi bangunan gereja ini pun didatangkan langsung dari Negeri Belanda. Desain pengaturan ruang di dalam gereja ini pun khusus. Ada pemisahan antara penderita kusta dan para karyawan serta penduduk sekitar. Kini rumah sakit kusta ini juga sekaligus berfungsi sebagai rumah sakit umum dengan nama Rumah Sakit Umum Dr. Rehatta. Tidak jauh dari rumah sakit itu ada pula lokasi wisata Gua Manik. Di lokasi itu ada pula fasilitas yang sering dipakai kegiatan gestrek sepeda motor maupun mobil. Kurang lebih dua kilometer ke arah timur laut ada pula wisata gua, Gua Tritip. Gereja tua arsitektur Belanda di Donorejo Jepara 2 ok Gereja tua arsitektur Belanda di Dororejo, Jepara: Inilah penampakan depan bangunan gereja tua peninggalan Belanda di Donorejo, Jepara, Jawa Tengah. (Balai Budaya Rejosari/Romo YB Haryono MSF) Gereja tua arsitektur Belanda di Donorejo Jepara Gereja tua: Beginilah penampakan samping sebuah gereja tua beraksitektur Belanda di Donorejo, Jepara, Jawa Tengah. (Balai Budaya Rejosari/Romo YB Haryono MSF) Masih misteri Benteng Portugis sendiri sampai sekarang masih merupakan misteri. Data-data kepustakaan atau pun dokumen yang ada sangatlah kurang. Padahal banyak kalangan ingin mengetahui keberadaan Benteng Portugis beserta seluk beluk kisah di balik benteng ini. Untuk memenuhi keinginan itulah, Bapak Subekti Sahlan berusaha menguak rahasia keberadaan Benteng Portugis ini. Setelah mengambil sumber dari tutur lisan khususnya orang-orang tua yang memiliki cerita-cerita seputar Benteng Portugis dan sekitarnya, bapak yang juga seorang pionir pembuatan perpustaaan desa ini menulis sebuah paper berjudul Misteri Benteng Portugis. Jepara Benteng Portugis by Subekti Sahlan ok Sumber sejarah: Subekti Sahlan menjadi sumber sejarah penting mengenai Benteng Portugis di Jepara, Jateng. (Balai Budaya Rejosari/Romo YB Haryono MSF) Ia juga menghubungi orang-orang yang menjadi pekerja paksa (romusha) saat Pemerintahan Jepang berkuasa di Indonesia. Saat saya sowan ke rumahnya di Dukuh Clering, Desa Karangsari, saya memperoleh satu kopi tulisannya itu. Menurut sumber-sumber tutur itu, Benteng Portugis itu memang dibangun oleh bangsa Portugis. Pembangunan benteng itu tidak lepas dari kepentingan Portugis dalam persaingan dagang dengan bangsa pendatang lain yakni bangsa Inggris dan Belanda. Tidak lepas juga untuk kepentingan keamanan bagi armada-armada dagang Portugis dalam menghadapi perompak-perompak yang malang melintang di perairan laut Jawa khususnya perairan Jepara. Benteng tersebut dibangun di atas sebuah bukit kecil, sebagai tempat pengintaian yang dilengkapi dengan meriam-meriam kecil. Dinding benteng dibuat dari batu-batu yang diambil dari pantai di kaki bukit kecil itu. Di sudut timur laut, di dalam benteng tersebut dibangun menara pengintai dengan kerangka kayu dan beratap seng. Tingginya empat meter dari atas gundukan tanah yang tingginya kira-kira satu meter. Di tengah-tengahnya dibangun sebuah rumah kecil dengan pondasi batu laut, kerangka dan dindingnya dari kayu hutan dan beratap rumbia. Di rumah kecil itulah para petugas benteng bertempat tinggal. Bapak Subekti Sahlan memperkirakan benteng ini dibangun pada waktu Kerajaan Demak diperintah oleh Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir setelah beberapa tahun Ratu Kalinyamat mengakhiri pertapaannya, setelah Arya Penangsang dibunuh oleh Danang Sutawijaya. Karena jasanya itu, Sutawijaya diberi hadiah Alas Mentaok yang kemudian hari menjadi Kerajaan Mataram, di bawah bimbingan penasihat kraton Ki Gede Pemanahan. Adapun Kerajaan Demak kemudian dipindahkan ke Pajang oleh Sultan Hadiwijaya. Lebih lanjut dituturkannya bahwa bangsa Portugis hanya beberapa tahun saja menempati benteng ini. Banyaknya gangguan yang memakan korban kiranya menjadi salah satu alasannya. Di Selat Mondoliko itu ada pusaran air laut. Seturut cerita rakyat sekitar, pusaran air itu adalah pintu gerbang Keraton Luweng Siluman yang dirajai oleh Siluman Bajul Putih. Setiap ada orang berkulit putih seperti bangsa Portugis pastilah tersedot ke dalam laut hilang entah kemana. Kejadian itu sesuai dengan sumpah Siluman Bajul Putih ketika dikalahkan oleh Ki Leseh. Siluman itu bersumpah kalau ada orang yang berkulit putih seperti kulitnya lewat di atas pintu gerbang Luweng Siluman itu, akan disedot ke dalam laut. Kerajaan Demak Alasan lain adalah lalu lintas perdagangan yang waktu Kerajaan Demak dipusatkan melalui laut, dengan pindahnya Kerajaan Demak ke Pajang, lalu lintas perdagangan berubah melalui jalan darat. Para perompak di perairan Jepara banyak yang beralih menjadi perampok, mereka merampok mangsanya dalam perjalanan di tengah hutan. Perjalanan dagang melalui laut menjadi aman. Benteng itu akhirnya ditinggalkan begitu saja hingga bertumbuh semak belukar. Jarang sekali orang berani memasuki benteng itu. Seturut penuturan warga mereka takut diganggu roh-roh penghuni benteng itu. Jepara Benteng Portugis ok Destinasi wisata sejarah di Jepara: Keberadaan Benteng Portugis di Jepara menjadi daya pesona tersendiri di kota ukir di kawasan Pantura Timur Jawa Tengah ini. (Balai Budaya Rejosari/Romo YB Haryono MSF) Pada waktu Jepang menampakkan kakinya di bumi Nusantara, benteng ini kembali digunakan. Jepang memanfaatkannya sebagai tempat pengintai laut. Dengan tenaga-tenaga kerja paksa yang diambil dari desa-desa sekitar, semak belukar itu dibersihkannya, jalan menuju puncak bukit diperlebar. Di kaki bukit menghadap ke laut dibangun tembok-tembok pengintai yang dilengkapi meriam-meriam kecil. Menara yang sudah hancur dibangun kembali dan dibuat lebih tinggi. Bekas bangunan rumah yang berada di tengah benteng juga dibangun lagi sebagai tempat tinggal pengintai. Seturut penuturan para pekerja paksa, di bawah menara dibuatkan lorong awah tanah yang tembus ke pantai di kaki bukit. Lorong ini dimaksudkan untuk mempercepat petugas yang kerja di benteng hendak turun ke pantai. Demikianlah Benteng Portugis dimanfaatkan oleh Jepang sampai akhirnya mereka kalah dalam Perang Dunia II dan harus angkat kaki dari bumi Nusantara ini. setelah Indonesia mengecap kemerdekaan tempat ini menjadi tempat rekreasi lokal. Melihat pengunjung makin banyak, Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara pun menata tempat ini sehingga semakin menarik dikunjungi. “Saya menuliskan tulisan ini agar bisa membantu anak cucu mengetahui keberadaan Benteng Portugis” tandas Subekti Sahlan berkali-kali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar